Dering
alarm telah berbunyi, segera aku bangun dan bersiap-siap unrtuk berangkat
kesekolah. Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang memanggilku “Marlo!
Berangkat yuk!”. Dengan jalan yang tertatih aku membuka jendela “Bentar lagi
pake baju, sabar ya Bim” ucapku.
“Cepetan! Keburu
telat!” ujar Bima dengan suara lantang.
“Bu, aku berangkat
ya” ucapku. “Hati hati ya nak disekolah”
ucap ibuku.
Pekenalkan
namaku Marlo Leviathan, Aku adalah siswa SMA Tunas Bangsa yang sekarang duduk
dikelas X. Sekarang adalah hari dimana awal semester 1 dimulai. Di hari Dering
alarm telah berbunyi, segera aku bangun dan bersiap-siap unrtuk berangkat
kesekolah. Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang memanggilku “Marlo!
Berangkat yuk!”. Dengan jalan yang tertatih aku membuka jendela “Bentar lagi
pake baju, sabar ya Bim” ucapku.
“Cepetan! Keburu
telat!” ujar Bima dengan suara lantang.
“Bu, aku berangkat
ya” ucapku. “Hati hati ya nak disekolah”
ucap ibuku.
Pekenalkan
namaku Marlo Leviathan, Aku adalah siswa SMA Tunas Bangsa yang sekarang duduk
dikelas X. Sekarang adalah hari dimana awal semester 1 dimulai. Di hari ini aku akan memulai hidup baru sebagai siswa SMA. Masa-masa mos yang
menyenangkan telah aku lewati bersama teman-teman baruku.
Tanggal 11 Juni
2013 tepatnya pukul 07.30 aku dan Bima memasuki ruangan kelas baru kami yang cukup bagus. Sebenarnya ini adalah sekolah terbaik dimana hanya orang
yang memiliki prestasi bagus yang bisa masuk disini.
Bel
telah berbunyi menandakan pelajaran dimulai. Di hari pertama ini, sekolah kami
mengadakan rapat bagi guru untuk membahas jadwal pelajaran. Jadi kami
mendapatkan jam bebas untuk hari ini.
“Teman-teman kita
mendapat amanat dari Pak Hartono agar segera membentuk susunan kelas, seperti
ketua kelas dan lain lain” ujar Sari
“Yaudah kita pakai
sistem voting saja” ujar Ferdy
*45 menit kemudian*
“Baiklah, akhirnya
kita mendapatkan hasil dimana ketua kelas adalah Rehan, wakil ketua kelas
adalah Sari, sekretaris adalah Furqon, dan bendahara adalah Bima” ujar Ferdy.
Keesokan
harinya tepatnya saat jam istirahat aku melihat Furqon yang sedang serius
bermain laptop. “Lagi ngapain?” ucapku, “lagi desain nih buat acara sekolah
kita besok, aku disuruh sama wali kelas buat posternya” jawab Furqon.
“Ferdy sama Bima
kemana?” ucapku
“Ferdy lagi benerin
CPU di lab komputer, kalau Bima dia lagi ke WC alasannya kencing, padahal mau
benerin rambutnya” ujar furqon
“Mar,kamu udah belum
tugas kimianya?” ujar Sari
“Belum lah, ini
niatnya mau minta furqon buat bantuin. Mau minta bantuan kamu malah aku cariin
gak ketemu” ucapku
“Masa gak ketemu?
Orang sari aja badannya segede gini dibilang gak ketemu? Ujar Furqon
“Nanti kalau sudah
dikumpul ke meja Bu Ani ya” ujar Sari
“oke mbak, siap!”
ucapku
Ketika akan mengumpulkan tugas kimia di
ruang guru, aku melihat seorang gadis sedang menghadap Pak Hartono. Pertama
yang ada dipikiranku adalah mungkin dia hanya siswa yang ingin mengumpulkan
tugas.
Bel berbunyi menandakan jam istirahat
telah selesai. Saat ini adalah jam pelajaran Pak Hartono. Ketika beliau masuk,
aku melihat Pak Hartono sedang bersama gadis yang aku lihat di ruang guru tadi.
“Selamat siang
anak-anak” ujar Pak Hartono
“Selamat siang Pak”
jawab kami
“Hari ini kita
kedatangan murid baru, namanya adalah Aurel Wirizqi” ujar Pak Hartono
“Perkenalkan, namaku
adalah Aurel Wirizqi bisa dipanggil Aurel, mohon bimbingannya” ujar Aurel
“Wahh, ternyata dia
murid baru” ujarku
“Wahh cantiknyaaa!
Salam kenal yaa” Jawab semua anak lelaki kecuali diriku
“Nah Aurel sekarang
kamu bisa duduk disamping Sari. Mari buka buku sejarah kalian halaman 12” ujar
Pak Hartono
Bel telah berbunyi
menandakan saatnya pulang, aku langsung mengambil tas ku dan membawanya untuk begegas untuk pulang. Aku biasa pulang dengan Bima, tetapi karena bima sedang ada rapat
pengurus osis maka hari ini Aku pulang sendirian. Tiba-tiba terdengar ada
seseorang memanggilku “Marlo tunggu aku” aku menjawab “Kamu pulang
sendiri?” ternyata dia adalah Aurel.
“Iya kebetulan aku tidak dijemput
karena Ayahku sedang ada keperluan mendadak. Jadi aku bingung pulang dengan
siapa” Ujar Aurel
“Emangnya rumah kita searah?” tanyaku
“Iya,waktu itu aku tidak sengaja
melihatmu sedang keluar rumah pergi bersama Bima” Jawabnya
“Yaudah kalo gitu, pulang sama aku
juga gak apa-apa, tapi kemana sepedamu?” tanyaku
“Hehe itu yang jadi masalah, aku tidak
membawa sepeda karena tadi pagi aku berangkat ke sekolah dengan diantar ayahku”
ujar Aurel
“Untung aja sepeda ku punya tempat
buat boncengan, tapi gak apa-apa nih kalo kita boncengan?” ujarku
“Gak apa-apa kok” ujar Aurel
Akhirnya
kami pulang bersama dengan sekalian aku mengantar pulang Aurel. Di perjalanan
kami banyak mengobrol untuk menghilangkan kebosanan.
“Tadi kenapa kamu baru pindah pas jam
istirahat?” tanyaku
“Tadi sebenarnya aku udah sampai SMA
Tunas Bangsa sejak tadi pagi, tetapi karena Kepala Sekolah belum datang alhasil
aku disuruh menunggu di lobby untuk mendata kepindahan ku” Jawab Aurel
“Kamu dari sekolah mana?” tanyaku
“Aku dari SMA Bumi Nusantara tidak
jauh dari sini” ujar Aurel
“Kenapa kamu pindah sekolah? Kan ini
baru awal semester 1? Kenapa tidak mendaftar langsung kesekolah ini? Tanyaku
dengan rasa penuh penasaran
“karena SMA Tunas Bangsa letaknya
tidak jauh dengan perusahaan ayahku yang baru, sebelumnya ayahku bekerja
didekat SMA Bumi Nusantara, tetapi karena hal sesuatu ayahku dipindah tugaskan dimana
tempat kerjanya sangat dekat dngan SMA Tunas Bangsa” Jawabnya
Entah
bagaimana saat aku memboncengnya hatiku terasa hangat dan nyaman bersamanya.
Aku merasa bahwa aku telah jatuh cinta pada pertemuan pertama bersama Aurel.
Tetapi, aku takut jika hubungan dekat kami akan putus jika dia menolakku.
Sehingga, aku memendam perasaan ini dan memilih menikmati hubungan persahabatan
dengannya.
Hari demi hari
telah aku lewatkan, kini aku dan Aurel menjadi sahabat dekat yang mungkin tak
terpisahkan. Aku sangat menikmati masa-masaku saat bermain, belajar bersama,
dan mengatasi masalah bersama teman-temanku.
“Hey, kalian ini berduaan mulu! Kaya
orang pacaran hahaha” ujar Bima
“Biarin, daripada kamu kerjaanya
menyisir rambut terus udah kaya pacaran aja hahaha” Jawab Aurel
Tak
terasa ulangan semester 2 akan dilaksanakan. Hubunganku dan Aurel sudah mulai
merenggang karena masing-masing diantara kami mulai fokus untuk belajar Ulangan
Akhir Semester dan alasan kedua adalah karena kami ditempatkan di ruang yang
berbeda.
“Mar,kamu dah belajar belum?” tanya
Ferdy
“Sudahlah, tapi hari ini pelajarannya
adalah kimia, tetapi aku sedikit takut akan soal yang keluar nantinya” ujarku
“Heleh tenang aja, kimia itu
sebenernya gak susah” ujar Furqon dengan nada santai
“Ya gak susah, tapi pengawasnya yang
susah” ujar Ferdy
“hey sudahlah kalian ini,
ngomong-ngomong dimana Sari?” ucapku
“Sari sedang meminta bantuan dengan
Rehan tentang masalah stoikiometri” jawab Ferdy
Seminggu
telah berlalu, Ulangan Akhir Semester kami telah selesai. Hubunganku dengan
Aurel yang dulunya sangat dekat kini masih renggang dan kami masih susah
bertemu karena setelah Ulanga Akhir Semester selesai akan dilaksanakan acara
Class Meeting dimana aku mendapat amanat menjadi panitia disana.
Keesokan
harinya saat acara class meeting berlangsung, aku sedang memantau jalannya
pertandingan futsal antara X IPA 2 melawan X IPA 3. Tiba-tiba Sari datang dan
mengajakku mengobrol.
“Aurel hari ini kemana?” tanyaku
“Dia tidak masuk karena keluarganya
memiliki acara sampai hari bagi raport, tetapi ia menitipkan surat izin kepada
Furqon” jawabnya
“Oiya aku baru inget, waktu itu
kayanya dia pergi menaiki mobil bersama keluarganya dengan bawaan tas yang
banyak, mungkin dia sedang mudik” ucapku
“Hey Mar, kamu kenapa gak nembak aja si
Aurel?” tanya Sari kepadaku
“Kok kamu tanyana gitu” Jawabku dengan
nada kaget
“Ya diakan Baik, cantik, pintar,
sabar, rajin beribadah, pintar masak, apa yang kurang coba?” ujar Sari
“Tapi....” jawab ku dengan nada
sedikiti bingung
“eleh gak usah tapi-tapian, dia juga
suka cowo yang cuek kaya kamu” ujar Sari
“Udahlah Sar, kita lanjutin obrolan
ini kapan-kapan aku pingin fokus sama pertandingannya” ucapku untuk mengalihkan
topik pembicaraan
Hari
ini adalah hari dimana raport seluruh siswa akan dibagi. Setiap wali kelas akan
membagikan raport ke kelas masing-masing.
“Loh Aurel kok gak ada Pak?” tanyaku
kepada Pak Hartono
“iya tadi pagi yang mengambil raport
Aurel adalah ayahnya sendiri” jawab Pak Hartono
“kenapa bukan dia sendiri Pak yang
mengambilnya?” tanya ku dengan sangat penasaran
“Kata ayahnya dia dipindahkan ke
Jepang bersama ibunya, mungkin hari ini pesawat yang menuju Tokyo akan segera
lepas landas” ujar Pak Hartono
Tanpa
berpikir panjang, akupun segera lari keluar dan meminta Rehan agar mengantarkanku
ke bandara. Ternyata, Rehan tidak bisa karena ada keperluan ketua kelas.
Alhasil, aku meminjam motornya dan pergi sendirian ke bandara dengan kecepatan
70-80 km/jam.
Sesampainya
di bandara, aku sempat sulit mencari keberadaan Aurel. Mungkin karena libur
sekolah sebentar lagi dimulai para pemudik berbondong-bondong untuk pulang
kekampung masing-masing jadi bandara yang biasanya sepi normal sekarang malah
ramai dan sempit untuk berjalan pun susah. Aku melihat jadwal keberangkatan ke
jepang jam 14.12 dan sekarang 14.07, aku hanya memiliki waktu 5 menit untuk
bertemu dan mengucapkan selamat tinggal ke Aurel. Aku melihat seseorang wanita
dan laki-laki duduk di kursi tunggu, dan setelah kudekati dia adalah Aurel dan ayahnya.
“Eh itu ada nak Marlo, kalau begitu
ayah beli cemilan sebentar ya” ucap ayah Aurel
“Kamu mau pergi?” tanyaku
“iya maaf ya tidak mengabarimu” jawab
Aurel
“kemarin kamu mau kemana bersama
ayahmu?” ucapku
“oh kemarin aku ingin mengunjungi
rumah nenek untuk beberapa hari sekalian meminta izin dan mengucapkan selamat
tinggal kepada nenek” ujarnya
*Pesawat Tujuan Tokyo akan segera berangkat*
“eh aku berangkat ya, doain selamat
dijalan” ujar Aurel
“Aku akan selalu berdoa untukmu,
Sayonara” Ucapku
“Syonara” balas Aurel dengan tetesan
air mata perpisahan
Aku
ingin mengucapkan perasaan ini kepadanya,tetapi aku lebih memilih dan memendam
perasaan ini karena kemungkinan kecil cinta kami akan bertahan lama.
Semester 3 telah
dimulai, kini aku berangkat seperti biasa. Kelas yang baru sudah menantiku.
Semenjak kepergian Aurel, aku sudah bisa melupakan kesedihanku dan juga aku
kini mulai belajar untuk melupakan cinta ku dan memulai hidup yang baru.
Dari
semua itu aku dapat belajar bahwa janganlah buang waktu mu untuk orang yang kau
cintai, karena selagi sempat ambilah kesempatan itu. Dan juga belajarlah
melupakan dan menerima kenyataan karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi
di masa depan kelak.ini aku akan memulai hidup baru sebagai siswa SMA. Masa-masa mos yang
menyenangkan telah aku lewati bersama teman-teman baruku.
Tanggal 11 Juni
2013 tepatnya pukul 07.30 aku dan Bima memasuki ruangan kelas baru kamu yang cukup bagus. Sebenarnya ini adalah sekolah terbaik dimana hanya orang
yang memiliki prestasi bagus yang bisa masuk disini.
Bel
telah berbunyi menandakan pelajaran dimulai. Di hari pertama ini, sekolah kami
mengadakan rapat bagi guru untuk membahas jadwal pelajaran. Jadi kami
mendapatkan jam bebas untuk hari ini.
“Teman-teman kita
mendapat amanat dari Pak Hartono agar segera membentuk susunan kelas, seperti
ketua kelas dan lain lain” ujar Sari
“Yaudah kita pakai
sistem voting saja” ujar Ferdy
*45 menit kemudian*
“Baiklah, akhirnya
kita mendapatkan hasil dimana ketua kelas adalah Rehan, wakil ketua kelas
adalah Sari, sekretaris adalah Furqon, dan bendahara adalah Bima” ujar Ferdy.
Keesokan
harinya tepatnya saat jam istirahat aku melihat Furqon yang sedang serius
bermain laptop. “Lagi ngapain?” ucapku, “lagi desain nih buat acara sekolah
kita besok, aku disuruh sama wali kelas buat posternya” jawab Furqon.
“Ferdy sama Bima
kemana?” ucapku
“Ferdy lagi benerin
CPU di lab komputer, kalau Bima dia lagi ke WC alasannya kencing, padahal mau
benerin rambutnya” ujar furqon
“Mar,kamu udah belum
tugas kimianya?” ujar Sari
“Belum lah, ini
niatnya mau minta furqon buat bantuin. Mau minta bantuan kamu malah aku cariin
gak ketemu” ucapku
“Masa gak ketemu?
Orang sari aja badannya segede gini dibilang gak ketemu? Ujar Furqon
“Nanti kalau sudah
dikumpul ke meja Bu Ani ya” ujar Sari
“oke mbak, siap!”
ucapku
Ketika akan mengumpulkan tugas kimia di
ruang guru, aku melihat seorang gadis sedang menghadap Pak Hartono. Pertama
yang ada dipikiranku adalah mungkin dia hanya siswa yang ingin mengumpulkan
tugas.
Bel berbunyi menandakan jam istirahat
telah selesai. Saat ini adalah jam pelajaran Pak Hartono. Ketika beliau masuk,
aku melihat Pak Hartono sedang bersama gadis yang aku lihat di ruang guru tadi.
“Selamat siang
anak-anak” ujar Pak Hartono
“Selamat siang Pak”
jawab kami
“Hari ini kita
kedatangan murid baru, namanya adalah Aurel Wirizqi” ujar Pak Hartono
“Perkenalkan, namaku
adalah Aurel Wirizqi bisa dipanggil Aurel, mohon bimbingannya” ujar Aurel
“Wahh, ternyata dia
murid baru” ujarku
“Wahh cantiknyaaa!
Salam kenal yaa” Jawab semua anak lelaki kecuali diriku
“Nah Aurel sekarang
kamu bisa duduk disamping Sari. Mari buka buku sejarah kalian halaman 12” ujar
Pak Hartono
Bel telah berbunyi
menandakan saatnya pulang, aku langsung mengambil tas ku dan membawanya untuk begegas untuk pulang. Aku biasa pulang dengan Bima, tetapi karena bima sedang ada rapat
pengurus osis maka hari ini Aku pulang sendirian. Tiba-tiba terdengar ada
seseorang memanggilku “Marlo tunggu aku” aku menjawab “Kamu pulang
sendiri?” ternyata dia adalah Aurel.
“Iya kebetulan aku tidak dijemput
karena Ayahku sedang ada keperluan mendadak. Jadi aku bingung pulang dengan
siapa” Ujar Aurel
“Emangnya rumah kita searah?” tanyaku
“Iya,waktu itu aku tidak sengaja
melihatmu sedang keluar rumah pergi bersama Bima” Jawabnya
“Yaudah kalo gitu, pulang sama aku
juga gak apa-apa, tapi kemana sepedamu?” tanyaku
“Hehe itu yang jadi masalah, aku tidak
membawa sepeda karena tadi pagi aku berangkat ke sekolah dengan diantar ayahku”
ujar Aurel
“Untung aja sepeda ku punya tempat
buat boncengan, tapi gak apa-apa nih kalo kita boncengan?” ujarku
“Gak apa-apa kok” ujar Aurel
Akhirnya
kami pulang bersama dengan sekalian aku mengantar pulang Aurel. Di perjalanan
kami banyak mengobrol untuk menghilangkan kebosanan.
“Tadi kenapa kamu baru pindah pas jam
istirahat?” tanyaku
“Tadi sebenarnya aku udah sampai SMA
Tunas Bangsa sejak tadi pagi, tetapi karena Kepala Sekolah belum datang alhasil
aku disuruh menunggu di lobby untuk mendata kepindahan ku” Jawab Aurel
“Kamu dari sekolah mana?” tanyaku
“Aku dari SMA Bumi Nusantara tidak
jauh dari sini” ujar Aurel
“Kenapa kamu pindah sekolah? Kan ini
baru awal semester 1? Kenapa tidak mendaftar langsung kesekolah ini? Tanyaku
dengan rasa penuh penasaran
“karena SMA Tunas Bangsa letaknya
tidak jauh dengan perusahaan ayahku yang baru, sebelumnya ayahku bekerja
didekat SMA Bumi Nusantara, tetapi karena hal sesuatu ayahku dipindah tugaskan dimana
tempat kerjanya sangat dekat dngan SMA Tunas Bangsa” Jawabnya
Entah
bagaimana saat aku memboncengnya hatiku terasa hangat dan nyaman bersamanya.
Aku merasa bahwa aku telah jatuh cinta pada pertemuan pertama bersama Aurel.
Tetapi, aku takut jika hubungan dekat kami akan putus jika dia menolakku.
Sehingga, aku memendam perasaan ini dan memilih menikmati hubungan persahabatan
dengannya.
Hari demi hari
telah aku lewatkan, kini aku dan Aurel menjadi sahabat dekat yang mungkin tak
terpisahkan. Aku sangat menikmati masa-masaku saat bermain, belajar bersama,
dan mengatasi masalah bersama teman-temanku.
“Hey, kalian ini berduaan mulu! Kaya
orang pacaran hahaha” ujar Bima
“Biarin, daripada kamu kerjaanya
menyisir rambut terus udah kaya pacaran aja hahaha” Jawab Aurel
Tak
terasa ulangan semester 2 akan dilaksanakan. Hubunganku dan Aurel sudah mulai
merenggang karena masing-masing diantara kami mulai fokus untuk belajar Ulangan
Akhir Semester dan alasan kedua adalah karena kami ditempatkan di ruang yang
berbeda.
“Mar,kamu dah belajar belum?” tanya
Ferdy
“Sudahlah, tapi hari ini pelajarannya
adalah kimia, tetapi aku sedikit takut akan soal yang keluar nantinya” ujarku
“Heleh tenang aja, kimia itu
sebenernya gak susah” ujar Furqon dengan nada santai
“Ya gak susah, tapi pengawasnya yang
susah” ujar Ferdy
“hey sudahlah kalian ini,
ngomong-ngomong dimana Sari?” ucapku
“Sari sedang meminta bantuan dengan
Rehan tentang masalah stoikiometri” jawab Ferdy
Seminggu
telah berlalu, Ulangan Akhir Semester kami telah selesai. Hubunganku dengan
Aurel yang dulunya sangat dekat kini masih renggang dan kami masih susah
bertemu karena setelah Ulanga Akhir Semester selesai akan dilaksanakan acara
Class Meeting dimana aku mendapat amanat menjadi panitia disana.
Keesokan
harinya saat acara class meeting berlangsung, aku sedang memantau jalannya
pertandingan futsal antara X IPA 2 melawan X IPA 3. Tiba-tiba Sari datang dan
mengajakku mengobrol.
“Aurel hari ini kemana?” tanyaku
“Dia tidak masuk karena keluarganya
memiliki acara sampai hari bagi raport, tetapi ia menitipkan surat izin kepada
Furqon” jawabnya
“Oiya aku baru inget, waktu itu
kayanya dia pergi menaiki mobil bersama keluarganya dengan bawaan tas yang
banyak, mungkin dia sedang mudik” ucapku
“Hey Mar, kamu kenapa gak nembak aja si
Aurel?” tanya Sari kepadaku
“Kok kamu tanyana gitu” Jawabku dengan
nada kaget
“Ya diakan Baik, cantik, pintar,
sabar, rajin beribadah, pintar masak, apa yang kurang coba?” ujar Sari
“Tapi....” jawab ku dengan nada
sedikiti bingung
“eleh gak usah tapi-tapian, dia juga
suka cowo yang cuek kaya kamu” ujar Sari
“Udahlah Sar, kita lanjutin obrolan
ini kapan-kapan aku pingin fokus sama pertandingannya” ucapku untuk mengalihkan
topik pembicaraan
Hari
ini adalah hari dimana raport seluruh siswa akan dibagi. Setiap wali kelas akan
membagikan raport ke kelas masing-masing.
“Loh Aurel kok gak ada Pak?” tanyaku
kepada Pak Hartono
“iya tadi pagi yang mengambil raport
Aurel adalah ayahnya sendiri” jawab Pak Hartono
“kenapa bukan dia sendiri Pak yang
mengambilnya?” tanya ku dengan sangat penasaran
“Kata ayahnya dia dipindahkan ke
Jepang bersama ibunya, mungkin hari ini pesawat yang menuju Tokyo akan segera
lepas landas” ujar Pak Hartono
Tanpa
berpikir panjang, akupun segera lari keluar dan meminta Rehan agar mengantarkanku
ke bandara. Ternyata, Rehan tidak bisa karena ada keperluan ketua kelas.
Alhasil, aku meminjam motornya dan pergi sendirian ke bandara dengan kecepatan
70-80 km/jam.
Sesampainya
di bandara, aku sempat sulit mencari keberadaan Aurel. Mungkin karena libur
sekolah sebentar lagi dimulai para pemudik berbondong-bondong untuk pulang
kekampung masing-masing jadi bandara yang biasanya sepi normal sekarang malah
ramai dan sempit untuk berjalan pun susah. Aku melihat jadwal keberangkatan ke
jepang jam 14.12 dan sekarang 14.07, aku hanya memiliki waktu 5 menit untuk
bertemu dan mengucapkan selamat tinggal ke Aurel. Aku melihat seseorang wanita
dan laki-laki duduk di kursi tunggu, dan setelah kudekati dia adalah Aurel dan ayahnya.
“Eh itu ada nak Marlo, kalau begitu
ayah beli cemilan sebentar ya” ucap ayah Aurel
“Kamu mau pergi?” tanyaku
“iya maaf ya tidak mengabarimu” jawab
Aurel
“kemarin kamu mau kemana bersama
ayahmu?” ucapku
“oh kemarin aku ingin mengunjungi
rumah nenek untuk beberapa hari sekalian meminta izin dan mengucapkan selamat
tinggal kepada nenek” ujarnya
*Pesawat Tujuan Tokyo akan segera berangkat*
“eh aku berangkat ya, doain selamat
dijalan” ujar Aurel
“Aku akan selalu berdoa untukmu,
Sayonara” Ucapku
“Syonara” balas Aurel dengan tetesan
air mata perpisahan
Aku
ingin mengucapkan perasaan ini kepadanya,tetapi aku lebih memilih dan memendam
perasaan ini karena kemungkinan kecil cinta kami akan bertahan lama.
Semester 3 telah
dimulai, kini aku berangkat seperti biasa. Kelas yang baru sudah menantiku.
Semenjak kepergian Aurel, aku sudah bisa melupakan kesedihanku dan juga aku
kini mulai belajar untuk melupakan cinta ku dan memulai hidup yang baru.
Dari
semua itu aku dapat belajar bahwa janganlah buang waktu mu untuk orang yang kau
cintai, karena selagi sempat ambilah kesempatan itu. Dan juga belajarlah
melupakan dan menerima kenyataan karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi
di masa depan kelak.