Cari...

Rabu, 24 Desember 2014

This isn't The End

Dering alarm telah berbunyi, segera aku bangun dan bersiap-siap unrtuk berangkat kesekolah. Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang memanggilku “Marlo! Berangkat yuk!”. Dengan jalan yang tertatih aku membuka jendela “Bentar lagi pake baju, sabar ya Bim” ucapku.
“Cepetan! Keburu telat!” ujar Bima dengan suara lantang.
“Bu, aku berangkat ya” ucapku. “Hati hati ya nak disekolah”  ucap ibuku.
Pekenalkan namaku Marlo Leviathan, Aku adalah siswa SMA Tunas Bangsa yang sekarang duduk dikelas X. Sekarang adalah hari dimana awal semester 1 dimulai. Di hari Dering alarm telah berbunyi, segera aku bangun dan bersiap-siap unrtuk berangkat kesekolah. Tiba-tiba aku mendengar suara seseorang memanggilku “Marlo! Berangkat yuk!”. Dengan jalan yang tertatih aku membuka jendela “Bentar lagi pake baju, sabar ya Bim” ucapku.
“Cepetan! Keburu telat!” ujar Bima dengan suara lantang.
“Bu, aku berangkat ya” ucapku. “Hati hati ya nak disekolah”  ucap ibuku.
Pekenalkan namaku Marlo Leviathan, Aku adalah siswa SMA Tunas Bangsa yang sekarang duduk dikelas X. Sekarang adalah hari dimana awal semester 1 dimulai. Di hari ini aku akan memulai hidup baru sebagai siswa SMA. Masa-masa mos yang menyenangkan telah aku lewati bersama teman-teman baruku.
Tanggal 11 Juni 2013 tepatnya pukul 07.30 aku dan Bima memasuki ruangan kelas baru kami yang cukup bagus. Sebenarnya ini adalah sekolah terbaik dimana hanya orang yang memiliki prestasi bagus yang bisa masuk disini.
Bel telah berbunyi menandakan pelajaran dimulai. Di hari pertama ini, sekolah kami mengadakan rapat bagi guru untuk membahas jadwal pelajaran. Jadi kami mendapatkan jam bebas untuk hari ini.
“Teman-teman kita mendapat amanat dari Pak Hartono agar segera membentuk susunan kelas, seperti ketua kelas dan lain lain” ujar Sari
“Yaudah kita pakai sistem voting saja” ujar Ferdy
*45 menit kemudian*
“Baiklah, akhirnya kita mendapatkan hasil dimana ketua kelas adalah Rehan, wakil ketua kelas adalah Sari, sekretaris adalah Furqon, dan bendahara adalah Bima” ujar Ferdy.
Keesokan harinya tepatnya saat jam istirahat aku melihat Furqon yang sedang serius bermain laptop. “Lagi ngapain?” ucapku, “lagi desain nih buat acara sekolah kita besok, aku disuruh sama wali kelas buat posternya” jawab Furqon.
“Ferdy sama Bima kemana?” ucapku
“Ferdy lagi benerin CPU di lab komputer, kalau Bima dia lagi ke WC alasannya kencing, padahal mau benerin rambutnya” ujar furqon
“Mar,kamu udah belum tugas kimianya?” ujar Sari
“Belum lah, ini niatnya mau minta furqon buat bantuin. Mau minta bantuan kamu malah aku cariin gak ketemu” ucapku
“Masa gak ketemu? Orang sari aja badannya segede gini dibilang gak ketemu? Ujar Furqon
“Nanti kalau sudah dikumpul ke meja Bu Ani ya” ujar Sari
“oke mbak, siap!” ucapku
        Ketika akan mengumpulkan tugas kimia di ruang guru, aku melihat seorang gadis sedang menghadap Pak Hartono. Pertama yang ada dipikiranku adalah mungkin dia hanya siswa yang ingin mengumpulkan tugas.
        Bel berbunyi menandakan jam istirahat telah selesai. Saat ini adalah jam pelajaran Pak Hartono. Ketika beliau masuk, aku melihat Pak Hartono sedang bersama gadis yang aku lihat di ruang guru tadi.
“Selamat siang anak-anak” ujar Pak Hartono
“Selamat siang Pak” jawab kami
“Hari ini kita kedatangan murid baru, namanya adalah Aurel Wirizqi” ujar Pak Hartono
“Perkenalkan, namaku adalah Aurel Wirizqi bisa dipanggil Aurel, mohon bimbingannya” ujar Aurel
“Wahh, ternyata dia murid baru” ujarku
“Wahh cantiknyaaa! Salam kenal yaa” Jawab semua anak lelaki kecuali diriku
“Nah Aurel sekarang kamu bisa duduk disamping Sari. Mari buka buku sejarah kalian halaman 12” ujar Pak Hartono
        Bel telah berbunyi menandakan saatnya pulang, aku langsung mengambil tas ku dan membawanya untuk begegas untuk pulang. Aku biasa pulang dengan Bima, tetapi karena bima sedang ada rapat pengurus osis maka hari ini Aku pulang sendirian. Tiba-tiba terdengar ada seseorang memanggilku “Marlo tunggu aku” aku menjawab “Kamu pulang sendiri?”  ternyata dia adalah Aurel.
“Iya kebetulan aku tidak dijemput karena Ayahku sedang ada keperluan mendadak. Jadi aku bingung pulang dengan siapa” Ujar Aurel
“Emangnya rumah kita searah?” tanyaku
“Iya,waktu itu aku tidak sengaja melihatmu sedang keluar rumah pergi bersama Bima” Jawabnya
“Yaudah kalo gitu, pulang sama aku juga gak apa-apa, tapi kemana sepedamu?” tanyaku
“Hehe itu yang jadi masalah, aku tidak membawa sepeda karena tadi pagi aku berangkat ke sekolah dengan diantar ayahku” ujar Aurel
“Untung aja sepeda ku punya tempat buat boncengan, tapi gak apa-apa nih kalo kita boncengan?” ujarku
“Gak apa-apa kok” ujar Aurel
        Akhirnya kami pulang bersama dengan sekalian aku mengantar pulang Aurel. Di perjalanan kami banyak mengobrol untuk menghilangkan kebosanan.
“Tadi kenapa kamu baru pindah pas jam istirahat?” tanyaku
“Tadi sebenarnya aku udah sampai SMA Tunas Bangsa sejak tadi pagi, tetapi karena Kepala Sekolah belum datang alhasil aku disuruh menunggu di lobby untuk mendata kepindahan ku” Jawab Aurel
“Kamu dari sekolah mana?” tanyaku
“Aku dari SMA Bumi Nusantara tidak jauh dari sini” ujar Aurel
“Kenapa kamu pindah sekolah? Kan ini baru awal semester 1? Kenapa tidak mendaftar langsung kesekolah ini? Tanyaku dengan rasa penuh penasaran
“karena SMA Tunas Bangsa letaknya tidak jauh dengan perusahaan ayahku yang baru, sebelumnya ayahku bekerja didekat SMA Bumi Nusantara, tetapi karena hal sesuatu ayahku dipindah tugaskan dimana tempat kerjanya sangat dekat dngan SMA Tunas Bangsa” Jawabnya
        Entah bagaimana saat aku memboncengnya hatiku terasa hangat dan nyaman bersamanya. Aku merasa bahwa aku telah jatuh cinta pada pertemuan pertama bersama Aurel. Tetapi, aku takut jika hubungan dekat kami akan putus jika dia menolakku. Sehingga, aku memendam perasaan ini dan memilih menikmati hubungan persahabatan dengannya.
Hari demi hari telah aku lewatkan, kini aku dan Aurel menjadi sahabat dekat yang mungkin tak terpisahkan. Aku sangat menikmati masa-masaku saat bermain, belajar bersama, dan mengatasi masalah bersama teman-temanku.
“Hey, kalian ini berduaan mulu! Kaya orang pacaran hahaha” ujar Bima
“Biarin, daripada kamu kerjaanya menyisir rambut terus udah kaya pacaran aja hahaha” Jawab Aurel
        Tak terasa ulangan semester 2 akan dilaksanakan. Hubunganku dan Aurel sudah mulai merenggang karena masing-masing diantara kami mulai fokus untuk belajar Ulangan Akhir Semester dan alasan kedua adalah karena kami ditempatkan di ruang yang berbeda.
“Mar,kamu dah belajar belum?” tanya Ferdy
“Sudahlah, tapi hari ini pelajarannya adalah kimia, tetapi aku sedikit takut akan soal yang keluar nantinya” ujarku
“Heleh tenang aja, kimia itu sebenernya gak susah” ujar Furqon dengan nada santai
“Ya gak susah, tapi pengawasnya yang susah” ujar Ferdy
“hey sudahlah kalian ini, ngomong-ngomong dimana Sari?” ucapku
“Sari sedang meminta bantuan dengan Rehan tentang masalah stoikiometri” jawab Ferdy
        Seminggu telah berlalu, Ulangan Akhir Semester kami telah selesai. Hubunganku dengan Aurel yang dulunya sangat dekat kini masih renggang dan kami masih susah bertemu karena setelah Ulanga Akhir Semester selesai akan dilaksanakan acara Class Meeting dimana aku mendapat amanat menjadi panitia disana.
        Keesokan harinya saat acara class meeting berlangsung, aku sedang memantau jalannya pertandingan futsal antara X IPA 2 melawan X IPA 3. Tiba-tiba Sari datang dan mengajakku mengobrol.
“Aurel hari ini kemana?” tanyaku
“Dia tidak masuk karena keluarganya memiliki acara sampai hari bagi raport, tetapi ia menitipkan surat izin kepada Furqon” jawabnya
“Oiya aku baru inget, waktu itu kayanya dia pergi menaiki mobil bersama keluarganya dengan bawaan tas yang banyak, mungkin dia sedang mudik” ucapku
“Hey Mar, kamu kenapa gak nembak aja si Aurel?”  tanya Sari kepadaku
“Kok kamu tanyana gitu” Jawabku dengan nada kaget
“Ya diakan Baik, cantik, pintar, sabar, rajin beribadah, pintar masak, apa yang kurang coba?” ujar Sari
“Tapi....” jawab ku dengan nada sedikiti bingung
“eleh gak usah tapi-tapian, dia juga suka cowo yang cuek kaya kamu” ujar Sari
“Udahlah Sar, kita lanjutin obrolan ini kapan-kapan aku pingin fokus sama pertandingannya” ucapku untuk mengalihkan topik pembicaraan
        Hari ini adalah hari dimana raport seluruh siswa akan dibagi. Setiap wali kelas akan membagikan raport ke kelas masing-masing.
“Loh Aurel kok gak ada Pak?” tanyaku kepada Pak Hartono
“iya tadi pagi yang mengambil raport Aurel adalah ayahnya sendiri” jawab Pak Hartono
“kenapa bukan dia sendiri Pak yang mengambilnya?” tanya ku dengan sangat penasaran
“Kata ayahnya dia dipindahkan ke Jepang bersama ibunya, mungkin hari ini pesawat yang menuju Tokyo akan segera lepas landas” ujar Pak Hartono
        Tanpa berpikir panjang, akupun segera lari keluar dan meminta Rehan agar mengantarkanku ke bandara. Ternyata, Rehan tidak bisa karena ada keperluan ketua kelas. Alhasil, aku meminjam motornya dan pergi sendirian ke bandara dengan kecepatan 70-80 km/jam.
        Sesampainya di bandara, aku sempat sulit mencari keberadaan Aurel. Mungkin karena libur sekolah sebentar lagi dimulai para pemudik berbondong-bondong untuk pulang kekampung masing-masing jadi bandara yang biasanya sepi normal sekarang malah ramai dan sempit untuk berjalan pun susah. Aku melihat jadwal keberangkatan ke jepang jam 14.12 dan sekarang 14.07, aku hanya memiliki waktu 5 menit untuk bertemu dan mengucapkan selamat tinggal ke Aurel. Aku melihat seseorang wanita dan laki-laki duduk di kursi tunggu, dan setelah kudekati dia adalah Aurel  dan ayahnya.
“Eh itu ada nak Marlo, kalau begitu ayah beli cemilan sebentar ya” ucap ayah Aurel
“Kamu mau pergi?” tanyaku
“iya maaf ya tidak mengabarimu” jawab Aurel
“kemarin kamu mau kemana bersama ayahmu?” ucapku
“oh kemarin aku ingin mengunjungi rumah nenek untuk beberapa hari sekalian meminta izin dan mengucapkan selamat tinggal kepada nenek” ujarnya
*Pesawat Tujuan Tokyo akan segera berangkat*
“eh aku berangkat ya, doain selamat dijalan” ujar Aurel
“Aku akan selalu berdoa untukmu, Sayonara” Ucapku
“Syonara” balas Aurel dengan tetesan air mata perpisahan
        Aku ingin mengucapkan perasaan ini kepadanya,tetapi aku lebih memilih dan memendam perasaan ini karena kemungkinan kecil cinta kami akan bertahan lama.
Semester 3 telah dimulai, kini aku berangkat seperti biasa. Kelas yang baru sudah menantiku. Semenjak kepergian Aurel, aku sudah bisa melupakan kesedihanku dan juga aku kini mulai belajar untuk melupakan cinta ku dan memulai hidup yang baru.
        Dari semua itu aku dapat belajar bahwa janganlah buang waktu mu untuk orang yang kau cintai, karena selagi sempat ambilah kesempatan itu. Dan juga belajarlah melupakan dan menerima kenyataan karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan kelak.ini aku akan memulai hidup baru sebagai siswa SMA. Masa-masa mos yang menyenangkan telah aku lewati bersama teman-teman baruku.
Tanggal 11 Juni 2013 tepatnya pukul 07.30 aku dan Bima memasuki ruangan kelas baru kamu yang cukup bagus. Sebenarnya ini adalah sekolah terbaik dimana hanya orang yang memiliki prestasi bagus yang bisa masuk disini.
Bel telah berbunyi menandakan pelajaran dimulai. Di hari pertama ini, sekolah kami mengadakan rapat bagi guru untuk membahas jadwal pelajaran. Jadi kami mendapatkan jam bebas untuk hari ini.
“Teman-teman kita mendapat amanat dari Pak Hartono agar segera membentuk susunan kelas, seperti ketua kelas dan lain lain” ujar Sari
“Yaudah kita pakai sistem voting saja” ujar Ferdy
*45 menit kemudian*
“Baiklah, akhirnya kita mendapatkan hasil dimana ketua kelas adalah Rehan, wakil ketua kelas adalah Sari, sekretaris adalah Furqon, dan bendahara adalah Bima” ujar Ferdy.
Keesokan harinya tepatnya saat jam istirahat aku melihat Furqon yang sedang serius bermain laptop. “Lagi ngapain?” ucapku, “lagi desain nih buat acara sekolah kita besok, aku disuruh sama wali kelas buat posternya” jawab Furqon.
“Ferdy sama Bima kemana?” ucapku
“Ferdy lagi benerin CPU di lab komputer, kalau Bima dia lagi ke WC alasannya kencing, padahal mau benerin rambutnya” ujar furqon
“Mar,kamu udah belum tugas kimianya?” ujar Sari
“Belum lah, ini niatnya mau minta furqon buat bantuin. Mau minta bantuan kamu malah aku cariin gak ketemu” ucapku
“Masa gak ketemu? Orang sari aja badannya segede gini dibilang gak ketemu? Ujar Furqon
“Nanti kalau sudah dikumpul ke meja Bu Ani ya” ujar Sari
“oke mbak, siap!” ucapku
        Ketika akan mengumpulkan tugas kimia di ruang guru, aku melihat seorang gadis sedang menghadap Pak Hartono. Pertama yang ada dipikiranku adalah mungkin dia hanya siswa yang ingin mengumpulkan tugas.
        Bel berbunyi menandakan jam istirahat telah selesai. Saat ini adalah jam pelajaran Pak Hartono. Ketika beliau masuk, aku melihat Pak Hartono sedang bersama gadis yang aku lihat di ruang guru tadi.
“Selamat siang anak-anak” ujar Pak Hartono
“Selamat siang Pak” jawab kami
“Hari ini kita kedatangan murid baru, namanya adalah Aurel Wirizqi” ujar Pak Hartono
“Perkenalkan, namaku adalah Aurel Wirizqi bisa dipanggil Aurel, mohon bimbingannya” ujar Aurel
“Wahh, ternyata dia murid baru” ujarku
“Wahh cantiknyaaa! Salam kenal yaa” Jawab semua anak lelaki kecuali diriku
“Nah Aurel sekarang kamu bisa duduk disamping Sari. Mari buka buku sejarah kalian halaman 12” ujar Pak Hartono
        Bel telah berbunyi menandakan saatnya pulang, aku langsung mengambil tas ku dan membawanya untuk begegas untuk pulang. Aku biasa pulang dengan Bima, tetapi karena bima sedang ada rapat pengurus osis maka hari ini Aku pulang sendirian. Tiba-tiba terdengar ada seseorang memanggilku “Marlo tunggu aku” aku menjawab “Kamu pulang sendiri?”  ternyata dia adalah Aurel.
“Iya kebetulan aku tidak dijemput karena Ayahku sedang ada keperluan mendadak. Jadi aku bingung pulang dengan siapa” Ujar Aurel
“Emangnya rumah kita searah?” tanyaku
“Iya,waktu itu aku tidak sengaja melihatmu sedang keluar rumah pergi bersama Bima” Jawabnya
“Yaudah kalo gitu, pulang sama aku juga gak apa-apa, tapi kemana sepedamu?” tanyaku
“Hehe itu yang jadi masalah, aku tidak membawa sepeda karena tadi pagi aku berangkat ke sekolah dengan diantar ayahku” ujar Aurel
“Untung aja sepeda ku punya tempat buat boncengan, tapi gak apa-apa nih kalo kita boncengan?” ujarku
“Gak apa-apa kok” ujar Aurel
        Akhirnya kami pulang bersama dengan sekalian aku mengantar pulang Aurel. Di perjalanan kami banyak mengobrol untuk menghilangkan kebosanan.
“Tadi kenapa kamu baru pindah pas jam istirahat?” tanyaku
“Tadi sebenarnya aku udah sampai SMA Tunas Bangsa sejak tadi pagi, tetapi karena Kepala Sekolah belum datang alhasil aku disuruh menunggu di lobby untuk mendata kepindahan ku” Jawab Aurel
“Kamu dari sekolah mana?” tanyaku
“Aku dari SMA Bumi Nusantara tidak jauh dari sini” ujar Aurel
“Kenapa kamu pindah sekolah? Kan ini baru awal semester 1? Kenapa tidak mendaftar langsung kesekolah ini? Tanyaku dengan rasa penuh penasaran
“karena SMA Tunas Bangsa letaknya tidak jauh dengan perusahaan ayahku yang baru, sebelumnya ayahku bekerja didekat SMA Bumi Nusantara, tetapi karena hal sesuatu ayahku dipindah tugaskan dimana tempat kerjanya sangat dekat dngan SMA Tunas Bangsa” Jawabnya
        Entah bagaimana saat aku memboncengnya hatiku terasa hangat dan nyaman bersamanya. Aku merasa bahwa aku telah jatuh cinta pada pertemuan pertama bersama Aurel. Tetapi, aku takut jika hubungan dekat kami akan putus jika dia menolakku. Sehingga, aku memendam perasaan ini dan memilih menikmati hubungan persahabatan dengannya.
Hari demi hari telah aku lewatkan, kini aku dan Aurel menjadi sahabat dekat yang mungkin tak terpisahkan. Aku sangat menikmati masa-masaku saat bermain, belajar bersama, dan mengatasi masalah bersama teman-temanku.
“Hey, kalian ini berduaan mulu! Kaya orang pacaran hahaha” ujar Bima
“Biarin, daripada kamu kerjaanya menyisir rambut terus udah kaya pacaran aja hahaha” Jawab Aurel
        Tak terasa ulangan semester 2 akan dilaksanakan. Hubunganku dan Aurel sudah mulai merenggang karena masing-masing diantara kami mulai fokus untuk belajar Ulangan Akhir Semester dan alasan kedua adalah karena kami ditempatkan di ruang yang berbeda.
“Mar,kamu dah belajar belum?” tanya Ferdy
“Sudahlah, tapi hari ini pelajarannya adalah kimia, tetapi aku sedikit takut akan soal yang keluar nantinya” ujarku
“Heleh tenang aja, kimia itu sebenernya gak susah” ujar Furqon dengan nada santai
“Ya gak susah, tapi pengawasnya yang susah” ujar Ferdy
“hey sudahlah kalian ini, ngomong-ngomong dimana Sari?” ucapku
“Sari sedang meminta bantuan dengan Rehan tentang masalah stoikiometri” jawab Ferdy
        Seminggu telah berlalu, Ulangan Akhir Semester kami telah selesai. Hubunganku dengan Aurel yang dulunya sangat dekat kini masih renggang dan kami masih susah bertemu karena setelah Ulanga Akhir Semester selesai akan dilaksanakan acara Class Meeting dimana aku mendapat amanat menjadi panitia disana.
        Keesokan harinya saat acara class meeting berlangsung, aku sedang memantau jalannya pertandingan futsal antara X IPA 2 melawan X IPA 3. Tiba-tiba Sari datang dan mengajakku mengobrol.
“Aurel hari ini kemana?” tanyaku
“Dia tidak masuk karena keluarganya memiliki acara sampai hari bagi raport, tetapi ia menitipkan surat izin kepada Furqon” jawabnya
“Oiya aku baru inget, waktu itu kayanya dia pergi menaiki mobil bersama keluarganya dengan bawaan tas yang banyak, mungkin dia sedang mudik” ucapku
“Hey Mar, kamu kenapa gak nembak aja si Aurel?”  tanya Sari kepadaku
“Kok kamu tanyana gitu” Jawabku dengan nada kaget
“Ya diakan Baik, cantik, pintar, sabar, rajin beribadah, pintar masak, apa yang kurang coba?” ujar Sari
“Tapi....” jawab ku dengan nada sedikiti bingung
“eleh gak usah tapi-tapian, dia juga suka cowo yang cuek kaya kamu” ujar Sari
“Udahlah Sar, kita lanjutin obrolan ini kapan-kapan aku pingin fokus sama pertandingannya” ucapku untuk mengalihkan topik pembicaraan
        Hari ini adalah hari dimana raport seluruh siswa akan dibagi. Setiap wali kelas akan membagikan raport ke kelas masing-masing.
“Loh Aurel kok gak ada Pak?” tanyaku kepada Pak Hartono
“iya tadi pagi yang mengambil raport Aurel adalah ayahnya sendiri” jawab Pak Hartono
“kenapa bukan dia sendiri Pak yang mengambilnya?” tanya ku dengan sangat penasaran
“Kata ayahnya dia dipindahkan ke Jepang bersama ibunya, mungkin hari ini pesawat yang menuju Tokyo akan segera lepas landas” ujar Pak Hartono
        Tanpa berpikir panjang, akupun segera lari keluar dan meminta Rehan agar mengantarkanku ke bandara. Ternyata, Rehan tidak bisa karena ada keperluan ketua kelas. Alhasil, aku meminjam motornya dan pergi sendirian ke bandara dengan kecepatan 70-80 km/jam.
        Sesampainya di bandara, aku sempat sulit mencari keberadaan Aurel. Mungkin karena libur sekolah sebentar lagi dimulai para pemudik berbondong-bondong untuk pulang kekampung masing-masing jadi bandara yang biasanya sepi normal sekarang malah ramai dan sempit untuk berjalan pun susah. Aku melihat jadwal keberangkatan ke jepang jam 14.12 dan sekarang 14.07, aku hanya memiliki waktu 5 menit untuk bertemu dan mengucapkan selamat tinggal ke Aurel. Aku melihat seseorang wanita dan laki-laki duduk di kursi tunggu, dan setelah kudekati dia adalah Aurel  dan ayahnya.
“Eh itu ada nak Marlo, kalau begitu ayah beli cemilan sebentar ya” ucap ayah Aurel
“Kamu mau pergi?” tanyaku
“iya maaf ya tidak mengabarimu” jawab Aurel
“kemarin kamu mau kemana bersama ayahmu?” ucapku
“oh kemarin aku ingin mengunjungi rumah nenek untuk beberapa hari sekalian meminta izin dan mengucapkan selamat tinggal kepada nenek” ujarnya
*Pesawat Tujuan Tokyo akan segera berangkat*
“eh aku berangkat ya, doain selamat dijalan” ujar Aurel
“Aku akan selalu berdoa untukmu, Sayonara” Ucapku
“Syonara” balas Aurel dengan tetesan air mata perpisahan
        Aku ingin mengucapkan perasaan ini kepadanya,tetapi aku lebih memilih dan memendam perasaan ini karena kemungkinan kecil cinta kami akan bertahan lama.
Semester 3 telah dimulai, kini aku berangkat seperti biasa. Kelas yang baru sudah menantiku. Semenjak kepergian Aurel, aku sudah bisa melupakan kesedihanku dan juga aku kini mulai belajar untuk melupakan cinta ku dan memulai hidup yang baru.

        Dari semua itu aku dapat belajar bahwa janganlah buang waktu mu untuk orang yang kau cintai, karena selagi sempat ambilah kesempatan itu. Dan juga belajarlah melupakan dan menerima kenyataan karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan kelak.