Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama
tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak
ada unsur kesengajaan.
‘Di! Ayo cepetan ntar keburu billingnya
diambil om-om!’ Teriakku sambil memanggil Aldi yang lama membereskan tas ketika
jam pulang sekolah tiba. ‘Iya iya sabar dikit!’ Balas Aldi dengan nada keras.
‘Iya bener kata Rendy, gesit! Daripada keduluan ntar malah kita gak ada
kerjaan!’ Seru Faiz yang setuju denganku.
Perkenalkan namaku Rendy, kami bersekolah
di SMP Taruna Bangsa. Aldi dan Faiz adalah teman sekelasku yang memiliki hobi
bermain game online di warnet dekat SMP kami. Setiap pulang sekolah kami selalu
menyisakan waktu 2 jam untuk bermain game disana. Karena warnet di dekat
sekolah kami cukup bagus, maka tak heran jika Billing di
warnet itu dipenuhi anak seusia kami atau laki-laki dewasa.
Saat itu jam pulang sekolah Aku, Aldi, dan
Faiz berniat bermain game online disana. Sesampainya di gerbang sekolah ada
suara wanita terdengar seperti memanggil namaku, ‘Ren! Dapet salam dari Ina!’,
sontak aku terkejut bahwa yang memanggilku adalah kakak kelas yang bernama
Laura. Aku heran dan menjawab perkataanya ‘Hah? Apa?’, aku sempat tak acuh
dengan perkataannya karena sebelumnya aku memang tidak mengenali perempuan yang
bernama Ina. Hingga pada suatu hari ada SMS yang masuk di HP ku yang berisi
“Hai lagi apa?”, aku bingung karena aku belum mengenali siapa yang memiliki
nomor itu, dan aku membalas SMS itu “Ini siapa ya?”. Beberapa menit kemudian
dia membalas SMS ku “Ini Ina yang tadi disebutin namana sama Laura”, aku masih
belum ingat dengan kejadian tadi siang dan kemudian perkenalan kami bermulai
disini.
Hari demi hari Aku dan teman-temanku yang
selalu bermain game online sepulang sekolah, dan saat itu juga setelah pulang
dari bermain game aku selalu mengobrol dengan Ina lewat SMS. Beberapa hari
kemudian hubunganku dengan Ina semakin dekat, yang awalnya aku cuek Ina kini
aku bisa menerima kehadirannya, dan sempat terpikirkan oleh ku bahwa “Ternyata
Ina asik juga ya, mungkin gak ada salahnya jika aku dekat dengannya”.
Hingga pada suatu hari entah apa yang
merasuki pikiranku hingga aku menyatakan cinta kepada Ina lewat SMS, dan Ina
memberikan jawaban “iya aku mau”. Aku sempat senang akan hal itu, dan
kegiatanku yang biasanya pulang sekolah bermain game online dengan Aldi dan
Faiz kini sedikit berkurang karena aku sibuk berpacaran dengan Ina.
Dibulan pertama kami sangat lancar dimana
aku dengan Ina merasakan cinta monyet di masa SMP. Kami masih sering komunikasi
dan hampir tiada jam tanpa mengobrol dengannya. Terlewat dipikiranku ini akan
menjadi permulaan yang sangat baik.
Bulan kedua, hubungan kami masih
baik, dimana kami berdua bisa saling memahami apa makanan favorit, hobi, dan
status hubungan kami. Ina masih bisa menerimaku yang memiliki sifat Gamer, dan aku menerima sifat Ina yang sangat pendiam.
Dibulan ketiga, entah kenapa akhir-akhir
ini Ina menunjukan sifat kerja kerasnya, yang aku sempat pikirkan bahwa Ina
adalah wanita pendiam dan tertutup adalah salah. Ina memperlakukanku dengan
sangat keras, yang tadinya ia bisa menerima sifatku akhirnya ia mulai mulai
mengatakan perkataan yang tidak ingin aku dengar ‘kamu itu kurangin dulu
gamenya! Ntar waktu aku kapan? Waktu belajar kamu kapan? Waktu istirahat kamu
kapan?’
Bulan keempat kami berpacaran, aku seperti
sudah mulai lelah untuk melanjutkan perjalanan kisah cinta ini, kisah dimana
layaknya diriku seperti kucing yang dikurung oleh majikannya. Aku sempat
berpikir ingin seperti teman-temanku yang belum tau arti dari pacaran, dan yang
mereka pahami adalah game, bukan kejadian yang posesif seperti ini.
Dan akhirnya 3 bulan lebih kami mengakhiri
hubungan ini. Entah apa alasannya tetapi yang Ina katakan padaku adalah ia
ingin menjalani masa dimana tidak ada yang membuatnya rumit, dan saat itu aku
sangat senang mendengar hal itu. Aku merasa bahwa kehidupanku sebagai Gamer telah
kembali, dan aku bisa bermain dengan Aldi dan Faiz.
Beberapa tahun kemudian, aku mulai sadar
bahwa aku sangat menyesal karena aku telah melepaskan Ina. Kini aku mencoba
mencari wanita yang bisa menggantikan Ina didalam hidupku, aku sempat
berkenalan dengan wanita lain berkali-kali dan akhirnya kandas ditengah
perjalanan. Dan dari semua ini aku mulai sadar bahwa Cinta Juga Ada Batasnya,
layaknya aku dengan Ina ataupun wanita lain yang telah mampir walaupun sebentar
di kehidupan ini.
Aku sekarang melanjutkan kuliah di
Universitas Diponegoro sudah memiliki wanita pengganti Ina. Namanya adalah
Ririn, kami sudah menjalin hubungan selama hampir 2 tahun. Dan selama itulah
aku telah lupa rasanya dulu bersama Ina karena Ririn adalah obat masa kelamku.